21 May 2015

The Challenges Beyond Crisis: 6 Faktor Pengubah Wajah Dunia Kerja


Masih segar di ingatan kita storming dari Prof. Ancok mengenai kualitas daya saing lulusan psikologi. Pencarian saya tentang isu serta tantangan global tersebut, membawa saya pada penulisan artikel ini, dengan harapan dapat membuka mind kita tentang perubahan wajah dunia kerja. dan hal tersebut penting, sebab jika kita tidak sigap terhadap perubahan dunia kerja tersebut (masih menggunakan mind set "wajah lama"), maka tentu kita tidak akan bisa siap untuk membaur (blended) di dalam dunia kerja yang berwajah baru.

Artikel ini sebagian besar bersumber dari newsroom ILO (International Labour Organization, organisasi PBB yang menangani buruh dan tenaga kerja). berikut 6 Faktor Pengubah Wajah Dunia Kerja


1. Perkembangan Teknologi

Perkembangan teknologi dengan sistem robotik dan automatisasi, membuat industri terutama di bidang manufaktur, banyak menerapkan man-less system. lihat saja, sekarang di mal-mal kota besar, banyak menerapkan gate parkir otomatis. bahkan ketika saya berkunjung ke salah satu tower di daerah Stasiun Kota Jakarta, secure parking-nya harus dibayar dengan BCA FlazzCard. atau di sistem KRL Commuter Line (Kereta Listrik) Jakarta, yang dulu di setiap peron masuk hanya tersedia 1 queue line dengan 2-3 petugas pemeriksa karcis. sekarang, dengan sistem kartu elektronik, sudah ada 6-8 queue line sistem buka tutup, dengan petugas keamanan berjumlah kurang lebih sama seperti sebelumnya. 


'teknologi membuat dunia industri menjadi lebih efektif dan efisien. dan hal tersebut, menyebabkan menurunnya tingkat karyawan di bidang manufaktur (karena fungsi manusia tergantikan oleh mesin). Jepang, sebagai negara industri yang menggunakan banyak man-less system, mengalami pertumbuhan pesat di bidang profesi yang nilai ekonomisnya terletak pada knowledge. atau biasa disebut interaction jobs , yaitu pekerjaan yang umumnya bergerak di bidang jasa, dan memerlukan kolaborasi dan koordinasi yang erat, seperti: bidang manajemen (HR), engineers, salespeople, dokter, pengacara/peguam, dan tenaga pengajar (McKinsey Global Institute. 2012. Help Wanted : The future of work in advanced economies).

tanpa bermaksud offensive terhadap Sekolah Kejuruan, saya menilai disinilah tantangan SMK kedepannya nanti. saya tidak memiliki prediksi yang terukur mengenai kapan Indonesia akan banyak menggunakan industri manufaktur automasi. tapi, yang jelas, walaupun applied-skilled-person sangat dibanggakan saat ini, kedepannya akan tergusur juga oleh kehadiran mesin yang menjanjikan performa lebih presisi dan lebih stabil (no human factor), serta cost lebih murah. di masa hadapan nanti, tenaga kerja di dunia engineering untuk manipulasi, inovasi dan pengembangan engineering akan lebih dicari dibanding tenaga yang "hanya" menerapkan engineering (applied).

ledakan dunia teknologi dan internet membawa perubahan design dunia kerja. beberapa aspek teknologi memang memberi keuntungan untuk mereka yang sedang berada dalam dunia kerja. tapi juga, perkembangan teknologi memberikan tantangan dalam hal kebijakan dunia industri soal standar skill.

(Trivia: dengan pemanfaatan teknolgi, pabrik BMW X6 [man-less system] memproduksi 150 mobil perhari, dan Astra Honda Motor [semi man-less system] memproduksi sebuah motor bebek dalam waktu 22 detik saja)



2. Pertumbuhan Ekonomi

China dan India, diprediksi akan menguasai 25% PDB dunia pada tahun 2030. data jumlah sarjana di 113 negara berkembang pada tahun 1996 adalah 72 juta jiwa, dan meningkat menjadi 136 juta jiwa hanya dalam waktu 10 tahun (2007). pertumbuhan ekonomi global dipandang sebagai sebuah perkembangan yang positif. tapi, dibalik pertumbuhan tersebut, tersimpan sebuah tantangan yang mengubah wajah dunia kerja: new geography of skills.

pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat ini seolah-olah meruntuhkan sebuah anggapan "generasi muda akan mendapatkan pekerjaan yang baik dan terjamin secara sosial jika mereka berinvestasi di bidang pendidikan". sebab, dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, maka justru akan muncul sebuah generasi yang high-skill, low-wage (Brown, 2010. The Global Auction). ini bukan isapan jempol. buktinya di Jakarta, ada saja tenaga S1 yang melamar menjadi driver Blue Bird.


memang fenomena yang 'agak' mengerikan ya, apalagi jika institusi yang terkait ataupun negara, tidak mengeluarkan regulasi khusus sebagai mitigation plan.

dan, ternyata apa yang disampaikan oleh Prof. Ancok benar: bahwa knowlodge kita dalam core discipline (ilmu yang kita pelajari) saja tidak cukup. untuk bersaing secara global, kita juga harus punya human capital soft-skills. silakan merujuk ke materi beliau untuk dibaca lagi.



3. Perubahan Demografi

Beberapa negara Eropa, Jepang, dan China sedang mengalami fase "age of ageing". Rasio angkatan pensiun dibandingkan angkatan kerja (15-64 tahun) di negara Eropa meningkat dari 17% di tahun 1980, menjadi 21% di tahun 2012, dan diprediksi (jika tidak ada control variable) menjadi 40% di tahun 2050. sedangkan di Jepang, dari 13.4% di tahun 1980, menjadi 38.4% di tahun 2012, serta diproyeksikan mendekati 70% pada tahun 2050.


Jepang sedang meracik beberapa regulasi, terkait dengan beberapa hal berikut:

  • bagaimana mengatur jika negara tidak memiliki angkatan kerja yang cukup di masa depan nanti?
  • bagaimana mengoptimalkan produktivitas dari angkatan kerja yang semakin sedikit?
  • bagaimana pengaturan biaya yang berkenaan dengan angkatan pensiun yang akan semakin membengkak? (uang pensiun, healthcare, dsb)
  • bagaimana konfrontasi dan toleransi terhadap tenaga kerja yang ber-skill rendah, ketika negara mengalami penurunan populasi angkatan kerja produktif?
pemikiran tersebut membuat Jepang meracik kebijakan tentang partisipasi buruh perempuan, dan juga mengenai partisipasi buruh imigran.

Dalam beberapa studi, meningkatnya populasi angkatan pensiun, disebabkan karena tumbuhnya kesadaran masyarakat modern untuk hidup sehat. dengan kondisi kesehatan yang lebih baik, hal tersebut cenderung memanjangkan umur mereka.

sedangkan penurunan populasi angkatan kerja, disebabkan karena tuntutan ekonomi secara global. pesatnya peningkatan kebutuhan ekonomi, membuat wanita modern memilih untuk berkarir/bekerja. wanita karir cenderung memiliki sedikit anak dibandingkan ibu rumah tangga biasa (de Singly, 1996. Modern Marriage and Its Cost to Women: A Sosiological Look at Marriage in France).



4. Ketidaksesuaian Skill

Survey yang dilakukan oleh ILO menunjukkan bahwa terjadi gap antara skill yang dibutuhkan, dengan skill yang dimiliki oleh angkatan kerja. ini menimbulkan situasi paradoks: koeksistensi antara tingginya angka pengangguran dan rendahnya jumlah skill yang tersedia. artinya, walaupun tingkat pengangguran masih cukup tinggi, tapi kenyataannya masih banyak perusahaan yang mengeluh kekosongan jabatan/posisi di dalam perusahaan mereka, karena adanya ketidaksesuaian skill yang dibutuhkan perusahaan.

ketidaksesuaian skill bisa terjadi dalam bentuk: overskilled atau underskilled. perusahan tidak ingin mengambil karyawan yang overskilled, karena beberapa faktor (turnover probability, ketidaksesuaian gaji, dsb.) ingat, konsep perusahaan modern ini adalah efektif dan efisien. mereka tidak ingin membayar lebih, untuk sesuatu yang mereka tidak perlukan. jika yang overskilled saja sulit diterima oleh perusahaan, apalagi yang underskilled.

selain karena rendahnya mutu dan kualitas pengembangan diri, underskilled bisa juga terjadi karena usangnya skill yang dimiliki (skill obsolescence).



5. Energy Efficiency

konsensus dunia secara global saat ini adalah efisiensi energi dan pengurangan emisi gas karbon. usaha go green movement ini juga berpartisipasi dalam mengubah wajah dunia industri.

pergerakan go green membuka banyak peluang dan bahkan bidang kerja baru di dunia green jobs. sebagai contoh, kebutuhan akan engineer perangkat solar cell system meningkat pesat dibandingkan beberapa tahun lalu.

di sisi lain, industri dan pekerjaan yang melibatkan penggunaan energi tidak terbarukan dan penggunaan teknologi yang tidak kompetitif akan berada di ambang kehancuran. lihat saja, berapa orang sekarang yang menggunakan kompor minyak tanah atau braket batu bara? atau simpelnya, salah satu alasan kenapa Samarinda sering mati lampu, karena kita masih terlalu mengandalkan PLT Diesel, yang menggunakan sumber energi beremisi tinggi, sulit didapat, serta berharga mahal.

pertumbuhan pergerakan go green dan juga perubahan iklim, juga menimbulkan tantangan terbaru untuk pengembangan skill tenaga kerja. perusahaan yang go green, tentu akan mengutamakan karyawan yang sesuai dengan filosofi mereka dalam pelestarian lingkungan.

(Trivia: sebuah hotel di Surabaya mematikan AC selama 2 jam setiap hari dan melakukan efisiensi energi lainnya, sehingga terjadi penekanan biaya operasional hingga 25 persen)



6. Kesenjangan Pendapatan: Ancaman bagi Kesatuan Sosial

Kesenjangan pendapatan terjadi karena beberapa faktor. diantara faktor utamanya adalah kesenjangan skill pada angkatan kerja, yang menyebabkan mereka menghadapi situasi yang sangat berbeda dalam hal kesempatan kerja, dan juga penawaran promosi pekerjaan dalam bursa tenaga kerja.

Kelompok pekerja yang memiliki kemampuan kognitif, komunikasi, serta mampu mengatasi masalah, lebih banyak dibutuhkan oleh perusahaan. dan lebih laku dalam bursa tenaga kerja. kelompok ini, selain memiliki angka pengangguran yang rendah, juga memiliki angka kesempatan yang tinggi dalam hal peningkatan gaji. sedangkan kelompok yang berlawanan dengan kelompok tersebut, mengalami tingkat pengangguran yang tinggi, dengan kesempatan yang rendah untuk peningkatan gaji. hal tersebut akan semakin melebarkan kesenjangan pendapatan dalam masyarakat angkatan kerja.

Studi ILO menjelaskan, bahwa di Eropa, kelompok yang paling rentan adalah mereka yang masih muda, berskill rendah, dan melakukan pekerjaan part-time atau pekerjaan sementara (tidak tetap). kelompok ini juga paling rentan untuk kehilangan pekerjaan mereka di saat krisis, yang akhirnya akan memperburuk kondisi kesenjangan pendapatan.

Kesenjangan pendapatan ini akan menyebabkan kesenjangan sosial, dan berimplikasi pada terpuruknya finansial publik, dan juga krisis hutang.



(Trivia: perbandingan pendapatan CEO dan karyawan biasa pada tahun 1917 di US adalah 7:1, pada tahun 1990 meningkat menjadi 108:1, dan tahun 2010 menjadi 319:1. Tunjangan pensiun anggota polisi NYPD adalah 48.026 USD, bandingkan dengan rata-rata tunjangan pensiun CEO sebesar 83.600.000 USD)

***

Keenam point ini merupakan game-changer. Jika keenam hal ini terus berproses dan bersinergi dengan efek-efek krisis ekonomi global di bidang lainnya (bidang selain ketenagakerjaan), maka keenam hal tersebutlah yang akan membentuk kondisi bursa tenaga kerja seluruh dunia di masa depan.

Keenam faktor tersebut merupakan bagian dari "Great Restructuring", yang penting untuk kita kampanyekan agar seluruh orang dapat mencermati dan mengantisipasi dengan seksama, sehingga pertumbuhan dan globalisasi dapat terjadi pada semua orang, tidak hanya pada segelintir orang saja.

Semoga Bermanfaat
---

Ince Ahd Furqan

Previous Post
Next Post