27 Mar 2024

The Paradox of Choice (#2): Uncertainty and Anxiety


Pernah gak sih anda berada dalam situasi ini:

Anda sebagai leader di suatu team tersebut harus segera mengambil keputusan karena ada situasi tertentu. Tapi, atasan anda tidak memberikan wewenang dalam pengambilan keputusan. Anda menghubungi atasan, tapi still no response, padahal waktu terus berjalan semakin mendekati deadline.

Apa yang dirasakan? Cemas? Anxious? 

Well, itu wajar ya dan bukan lebay. 

Walaupun manifestasi kecemasannya bisa berbeda-beda, tapi uncertainty atau situasi yang tidak ada kepastian itu memang menimbulkan kecemasan.  Dan itu bukan berarti anda incompetent dan incapable.

---

"gitu aja kok cemas".

Masalahnya, bagian otak yang merespons keadaan "uncertainty" dalam pengambilan keputusan, merupakan bagian otak yang sama dengan sistem fight or flight, yang menurut evolutionary psychology, merupakan survival insting. Namanya ACC. Anterior Congenital Cortex.

Otak kita tidak bisa membedakan mana keadaan uncertainty yang mengancam nyawa atau tidak. Otak akan merespon dengan prosedur mekanisme yang sama ketika anda berusaha survive diserang hewan buas, atau ketika anda berada dalam suatu ketidakpastian. Ini nature dalam fisiologi otak kita. 

Study psikologi menunjukkan, bahwa orang-orang yang memiliki aktivitas ACC tinggi, akan menunjukkan gejala-gejala kecemasan.

---

Photo by Sasha Freemind on Unsplash

Inilah yang menjadi sebab manusia tidak suka ketidakpastian. 

Kita merasa tidak nyaman ketika pesawat kita delay, hingga mendapat kepastian kapan berangkat.

Kita merasa tidak nyaman ketika melamar kerja sudah sampai tahap interview, hingga mendapat kepastian diterima atau ditolak.

Dan mungkin itu juga yang membuat manusia cemas dengan kematian. Karena tidak ada kepastian kapan akan menjemput.

---

Berarti, kalau anda punya atasan yang ga bisa ambil keputusan, rasanya apakah seperti dibayang-bayangi kematian setiap saat ya? :D

Previous Post
Next Post