8 Apr 2016

Cahaya Matahari, Bulan, dan Al-Quran

Ketika Shalat Jum'at tadi, saya mendengar imam membaca rangkaian surat Nuh, di antaranya yang bunyinya:

وجعل القمر فيهن نورا وجعل الشمس سراجا
artinya, "dan Dia menjadikan bulan bercahaya, dan menjadikan matahari berpelita" (Nuh 71:16)

Ketika berjalan pulang, saya teringat terus pada ayat tersebut. sebab, ayat tersebut menunjukkan sebuah sains pada kita: bahwa bulan tidak memiliki cahaya tersendiri.





***
Cahaya Matahari dan Bulan

dasar ilmiah awal saya hanya berpatokan bahwa sejak di pendidikan dasar, kita sudah diajarkan tentang cahaya matahari dan bulan.

matahari memancarkan sinar cahayanya sendiri, sedangkan sinar pada bulan merupakan pantulan dari cahaya matahari. kebetulan, umumnya kita pada saat pendidikan dasar itu, tidak terlalu kritis ya menanyakan sumber dan dasar ilmiahnya. :D

namun, teori tentang bulan yang memantulkan cahaya matahari ternyata sudah berlangsung sejak lama. di antaranya oleh filsuf Yunani kuno. Teori itu pun ditentang, bahkan filsuf tersebut dipenjarakan. Sebab, belum ada penelitian empiris yang mampu membuktikannya.

(lihat http://www-history.mcs.st-andrews.ac.uk/Biographies/Anaxagoras.html; pada baris ke-9).



Tafsir Kata pada Ayat tersebut

Secara literal per kata, awal ayat tersebut diterjemahkan "Dia menjadikan bulan 'di dirinya' ada cahaya". sehingga kemudian diterjemahkan "bulan bercahaya".

dalam terjemahan Inggris versi Sahih International, diartikan "and made the moon reflected light and made the sun the burning lamp"


Allah memilih kata "siraj" untuk sifat matahari. Dalam A Dictionary of Modern Written Arabic oleh Hans Wehr, kata tersebut berarti lamp, light.

(lihat https://archive.org/stream/Dict_Wehr.pdf/Wehr#page/n423/mode/2up).

Sedangkan kata "nuur" untuk bulan, berdasarkan kamus yang sama, berarti light, ray of light, brightness, gleam, glow. (lihat kamus di atas pada halaman digital 1026).
Definisi Siraj, dalam Mu'jam Wasith, dituliskan sebagai
"lampu yang terang"

Konklusi

seperti biasa, saya selalu mengingatkan bahwa latar belakang keilmuan saya bukanlah mumpuni dalam penafsiran ini (Fisika dan Quran). sehingga, untuk penafsiran secara empirikal dan grammatikal, bisa didiskusikan lebih lanjut dengan ahlinya.

Saya hanya melakukan penelaahan secara literal, bahwa pemilihan kata dalam ayat tersebut menjelaskan kondisi fenomena alam yang kemudian terbukti absah secara empiris dalam sains modern.

bahkan dipertegas oleh ayat lain, di antaranya dalam Yunus 10:5 (yang artinya): "Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya".


Semoga menambah keimanan kita, bahwa Maha Benar Allah, dengan segala firman-Nya.

wallahu a'lam.

incefurqan.
Previous Post
Next Post