7 Jun 2014

Apa Fungsi Uji Deskriptif?

 Interpretasi Uji Deskriptif
Pada Metodologi Penelitian Kuantitatif

Pada penelitian kuantitatif, dalam Bab IV pasti kita membuat uji deksriptif. 
Berikut contoh Tabelnya:

Tabel Uji Deskriptif

nah, sebenarnya apa sih fungsi dari tabel ini? dan apa perbedaan empirik dan hipotetik?

Empirik dan Hipotetik

Empirik kita peroleh dengan cara menghitung data yang sudah kita peroleh dari skala/angket yang kita sebar dalam penelitian. Sedangkan Hipotetik, kita menghitung skala tersebut, dalam keadaan tanpa data.

sebagai ilustrasi, anggap skala/angket yang kita gunakan adalah Instrumen Tes Intelegensi yang sudah baku. dalam alat test IQ tersebut, sebelum test dikerjakan, sudah ada aturan/norma kategorisasi skor. norma kategori nilai atau rangking tersebut, merupakan perhitungan berdasarkan hipotetik. 

Kategorisasi Ranking Skor IQ dalam Intelligence Structure Test

hal tersebut sama dengan kuisoner test kepribadian yang biasa ada di majalah-majalah. kita disuruh mengisi sebuah kuisoner, kemudian kita jumlah sendiri sesuai dengan instruksi, dan hasil akhirnya menunjukkan kondisi kepribadian kita yang diukur dalam kuisoner tersebut. bisa lihat contoh konkretnya di (test kepercayaan diri).

pembuatan kategorisasi tinggi rendahnya skala tersebut, menggunakan penghitungan statistik hipotetik. jadi, setiap hasil skor yang kita peroleh, akan dibandingkan dengan statistik angket yang bersifat 'kosong' atau 'netral'.

sedangkan dalam empirik, skor kita akan dihitung dengan responden lainnya. sehingga perbandingan skor kita adalah kondisi skor responden lainnya

berikut adalah ilustrasi yang mudah untuk memahami hipotetik dan empirik:
A memiliki nilai IQ 105, yang masuk dalam kategori superior berdasarkan norma kategori test IST (ini berdasarkan hitungan hipotetik). A kemudian ditempatkan di kelas unggulan yang seluruh siswanya memiliki IQ diatas 105. jika dibandingkan dengan teman-temannya, kategori IQ A menjadi yang paling rendah dibanding yang lainnya (dihitung secara empirik: IQ A dibandingkan dengan IQ teman-teman lainnya).

sedangkan B, memiliki IQ 94, yang tergolong rendah pada norma kategori IST (penghitungan hipotetik). namun, B dikumpulkan di kelas yang berisikan siswa dengan IQ 94 kebawah. sehingga di kelas tersebut, IQ B merupakan yang tertinggi (penghitungan secara empirik).

Kategorisasi Skor: Menggunakan Empirik atau Hipotetik?

sebenarnya pengkategorian skor responden bisa menggunakan keduanya. tergantung keinginan kita, apakah tinggi-rendahnya skor subjek ingin dibandingkan dengan kemampuan pengukuran skala/range (secara hipotetis), atau dengan perbandingan skor responden lainnya (secara empiris).

Interpretasi Hasil


Contoh Tabel Uji Deskriptif

dalam interpretasi hasil uji deskriptif, ada dua perbandingan yang bisa kita gunakan:

1. Perbandingan Rerata Empirik dan Hipotetik
perbandingan rerata empirik terhadap hipotetik menggambarkan kondisi general para responden dalam variabel tersebut. 

contoh:
mengacu pada tabel diatas, jika variabel Z adalah "Kebahagiaan",
Mean Empiriknya adalah 53. sedangkan mean hipotetiknya adalah 24
(Mean Empirik lebih besar daripada Mean Hipotetik), hal ini berarti:
Level atau status kebahagiaan responden adalah cenderung tinggi

jika Mean Empirik lebih kecil dibanding Mean Hipotetik pada variabel "Kebahagiaan", berarti:
level atau status kebahagiaan responden rendah. secara statistik, responden lebih banyak yang tidak bahagia. karena angka rata-rata kebahagiaan yang diperoleh oleh responden, berada dibawah nilai rata-rata dari skala yang kita gunakan.


2. Perbandingan SD Empirik dan Hipotetik
perbandingan SD empirik terhadap SD hipotetik menunjukkan tinggi-rendahnya variasi skor para responden.

contoh:
mengacu pada tabel diatas, jika variabel X adalah "Kecerdasan Emosional",
SD Empiriknya adalah 7.03, dan SD Hipotetik nya adalah 10
(SD Empirik lebih kecil daripada SD Hipotetik). hal ini berarti:
Skor kecerdasan emosional para responden memiliki variasi yang rendah.
atau bisa dikatakan, "skor para responden ga jauh beda", "cenderung seragam", atau "cenderung mirip".

sedangkan jika SD Empirik lebih tinggi dibanding SD Hipotetik pada variabel "Kecerdasan Emosional", hal itu berarti:
skor kecerdasan emosional responden memiliki variasi yang tinggi. artinya, ada responden yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, dan ada juga yang rendah.

~~~

so, tujuan saya menuliskan ini, berharap agar setiap tahun ketika Program Studi Psikologi menerbitkan 10 judul penelitian yang selalu berbeda-beda, para peneliti muda kita ini tidak sekadar melaksanakan penelitian begitu saja, atau sebatas melihat uji asumsi saja.

karena sebenarnya, dari penelitian yang telah lakukan, masih banyak hal yang bisa kita explore berdasarkan data yang kita peroleh.

oh ya, dengan catatan: asalkan data kita valid atau tanpa manipulasi, hehe...
selamat bereksplorasi....

from various source
Previous Post
Next Post