2 Apr 2015

Memahami Tipe Pengukuran Psikologis



Kita sering membahas judul/variable seperti “pola asuh”, “perilaku seksual”, “kepribadian”, dsb. Pertanyaannya, output yang kita inginkan dari hasil pengukuran-pengukuran tersebut, berupa "jenis", atau "besaran kuantitas"?



Contoh: “pengaruh pola asuh ortu terhadap prestasi”
Ketika anda mengukur pola asuh disini, maka ada dua kemungkinan output pengukuran yang bisa dilakukan:

(1) besaran pola asuh: Sebesar apa pola asuhnya?
Jika menggunakan output pengukuran ini, maka kita menggunakan metode yang sama seperti yang sering kita lakukan di PSP. Jika hasil skoring angket bernilai kecil, maka pola asuhnya rendah. Jika skor akhirnya besar, maka pola asuhnya tinggi.

(2) jenis pola asuh: bagaimana pola asuhnya? Apakah otoriter, permisif, atau otoritatif?
Jika menggunakan output pengukuran seperti ini, maka anda harus punya angket yang memiliki teknik skoring yang berbeda. Yang hasil skornya, bukan menjelaskan tinggi rendahnya pola asuh yang dimiliki orang tua tersebut. Melainkan kecenderungan jenis pola asuh yang dimilikinya.

Contoh: “pengaruh kepribadian thd delikuensi”
Variable ‘kepribadian’ ini sudah jelas lebih menentukan kepada ‘jenis kepribadian’. Bukan mengukur ‘kuantitas’ kepribadian, karena diagnosis seperti itu tidak ada maknanya.

Maka, dengan judul tersebut, kita tentu menggunakan pengukuran seperti 16PF, MBTI, EPPS, dsb; Tergantung dari teori dan juga dimensi kepribadian yang ingin kita ukur.

Contoh: “pengaruh kepribadian extrovert terhadap perilaku kebut-kebutan”
Kalau ini, karena “kepribadian” nya sudah diarahkan pada satu jenis tertentu, maka kita bisa menggunakan pengukuran ‘besaran’.


***
PERBEDAAN TIPE PENGUKURAN

Jadi berdasarkan penjelasan tersebut, dapat kita lihat bahwa terdapat perbedaan pengukuran antara “besaran/kuantitas” dan “jenis”.

a) BESARAN/KUANTITAS, merupakan pengukuran yang menghasilkan kontinum psikologis, sehingga hasil interpretasinya juga kontinum, seperti:
“rendah-tinggi” (seperti pada: agresivitas rendah - agresivitas tinggi)
“ringan-berat” (seperti pada: stress ringan - stress tinggi)

b) JENIS, merupakan pengukuran yang menghasilkan sub-domain dari variable yang kita ukur, contohnya:
pola asuh” sebagai domain
“otoriter”, “otoritatif”, “permisif” sebagai subdomain


***
PENGGUNAAN SKALA: ANTARA KONTINUM DAN SUB-DOMAIN

Apakah kita ingin mengukur besarannya, atau mengukur jenisnya? Gunakanlah skala yang sesuai dengan teori yang kita gunakan. Apakah teori yang kita gunakan menggunakan output kontinum, atau output sub-domain?

Output “besaran” (kontinum) biasanya dijelaskan dengan teori yang memecah suatu variabel kedalam beberapa “aspek perilaku”. Sedangkan output “jenis” (sub-domain) akan memecah suatu variabel kedalam beberapa “jenis”.

Contoh: variabel “stress”
Maka kita menggunakan skala kontinum, utk menentukan besaran stressnya.

Contoh: variabel “kepribadian”
Maka kita menggunakan skala subdomain, utk menentukan jenis kepribadiannya.

Contoh: variabel “ekstoversi”
Ini unik. “Introversi” dan “ekstroversi” merupakan sub-domain yang berbeda. Tapi sub-domain tersebut berada dalam single continuum. Artinya gini: kalau skornya tinggi, maka dia masuk “jenis ekstrovert”; sedangkan kalau skornya rendah, maka dia masuk “jenis introvert”.

Jadi, skala untuk mengukur ekstroversi masuk skala sub-domain atau skala kontinum? Saya menjawabnya: keduanya *smile.

Supaya lebih jelas, nanti saya akan menuliskan artikel tersendiri mengenai Cara Penyusunan Skala Kontinum dan Sub-Domain.


***
MENGGUNAKAN PENGUKURAN SUB-DOMAIN DAN KONSEKUENSINYA

Ketika umpamanya saya menggunakan judul “pengaruh jenis pola asuh terhadap prestasi”, maka berapa variabel penelitian saya? Ternyata bukan Cuma dua! Tapi ada EMPAT!

Jadi, judul tersebut bukanlah terdiri dari variabel “pola asuh” dan “prestasi” saja. Sebab, untuk melakukan pengukuran korelasional empirik, maka kita memerlukan DATA KONTINUM.

Judul tersebut akhirnya harus dipecah sesuai data kontinum yang ada, maka menjadi 4 variabel, yaitu:
i) prestasi
ii) otoritatif
iii) otoriter
iv) permisif

artinya, ketika kita menggunakan pengukuran sub-domain dalam penelitian kita, maka setiap jenis dari sub-domain tersebut adalah variabel tersendiri. Itu konsekuensinya.

***

so, sekarang tidak perlu lagi bingung menentukan jenis alat ukurnya ya :)
Semoga Bermanfaat


Related Posts