1 Apr 2013

Memburu Hadiah

Alkisah, ada dua orang kakak-beradik, yang keduanya masih menempuh jenjang SMU. Untuk memotivasi kedua anaknya, Ayah dan Ibu mereka sepakat, untuk memberikan mereka hadiah jika mereka dapat nilai bagus di ujian akhir nanti. Hadiahnya pun tidak tanggung-tanggung: sebuah mobil! Mereka boleh meminta jenis apa saja, asal tidak melampaui range harga yang sudah ditetapkan.

Setelah disampaikan kepada mereka tentang hal tersebut, mereka pun mulai melakukan persiapan-persiapan, dan terlihat perbedaan dalam cara mereka menyikapi hal tersebut.

Anak pertama, menyikapinya dengan sangat gembira. Hari-hari dia sibukkan dengan browsing internet untuk mencari mobil idaman yang paling pas dengan kebutuhannya. Tidak cukup disitu, dia pun menyambangi beberapa showroom mobil untuk dapat memvisualisasikan langsung mobil idamannya. Tak ketinggalan, dia juga melakukan test drive untuk menjajal ketangguhan mobil incarannya. Ketika ada pameran mobil pun, dia hadir dengan segala antusiasme-nya. Dia memang tidak ingin melakukan kesalahan dalam membeli nantinya. Dia ingin memperkaya info, tentang mobil yang terbaik untuk dirinya.

Tapi, perangai yang berbeda ditunjukkan oleh sang adik. Sang adik tidak pernah mau ikut ketika diajak kakaknya untuk testdrive di showroom. Dia juga enggan mengikuti ajakan kakaknya untuk melihat mobil-mobil anyar di pameran-pameran.

Karena, sang adik lebih menyibukkan diri dengan persiapan menghadapi ujian akhir. Dia lebih mementingkan belajar untuk ujian akhir, dibanding memikirkan dan mengurusi hadiah yang 'masih' dijanjikan.

Hasil ujian pun keluar. Sang adik berhasil dan lulus ujian. Dia berhak memilih sebuah mobil. Dia pun mulai mencari informasi tentang mobil yang sesuai dengan kebutuhannya

Sedangkan sang kakak? Dia gagal. Hari-hari yang diisi dengan perkara-perkara mempersiapkan mobil hadiah, ternyata telah menyita waktunya, sehingga dia tidak sempat lagi mengulang pelajaran di sekolah. Dia tidak mampu menjawab soal ujian!

------

Kita tahu, bahwa hadiah, imbalan, ganjaran, atau pahala, adalah salah satu motivasi kita untuk bergerak melakukan sesuatu. Tapi, apakah pantas bagi kita, untuk sibuk memikirkan hadiah yang dijanjikan, bahkan melupakan syarat-syarat ganjaran tersebut?

Janganlah kita terlalu menuntut Tuhan untuk memperbaiki nasib kita. Sibuk mengeluh tentang ujian hidup. Terlalu menagih janji dalam do'a. Ingat, Tuhan tidak Tuli!

Buktikanlah, bahwa kita memang pantas mendapatkan pahala dariNya. Kita memang orang yang telah lulus kualifikasi syarat-syaratNya.

Sah-sah saja untuk kita meminta dan memohon. Karena disitulah letak rasa kehambaan kita. Tapi, alangkah lucunya, jika seseorang sibuk bergelimang dosa, tapi juga sibuk menuntut Tuhan, agar diberi kebahagiaan dunia dan akhirat.

Untung saja, Tuhan Maha Pemurah dan Maha Pengampun, bahkan untuk mereka yang hanya 'memburu hadiah'.

Related Posts