27 Sept 2013

Belajar Cepat Bahasa Asing

Pernah nonton film The Debt? Film yang mengisahkan tentang agen Israel ini, terdapat banyak scene yang menunjukkan kemampuan berbahasa seorang agen, yang bisa bermacam-macam bahasa: Hebrew, Jerman, Polish, dan sudah pasti English. Walaupun itu kisah fiktif, tapi hal itu merupakan gambaran dari kehidupan seorang agen-agen rahasia, yang harus mampu berbahasa multi-language.

Disisi lain, terjadi di sekitar saya, yang bahkan seorang mahasiswa pun, ketika disodorkan materi (hanya handout beberapa lembar, bukan buku) yang berbahasa Inggris, sudah langsung mengernyitkan lidah. Seakan-akan bahasa Inggris sulit sekali, walaupun sehari-hari muncul di iklan-iklan televisi, bahkan di billboard di jalan-jalan raya kita.

So, kenapa bisa seperti itu? Terlepas dari rekrutment agen rahasia yang juga diseleksi secara kapasitas intelegensi, tapi ternyata mereka juga menerapkan sebuah cara khusus dalam mempelajari bahasa asing. Cara tersebut dikenal dengan Pimsleur Method.

Metode Pimsleur, atau sering disebut dengan Pimsleur Approach, atau juga Pimsleur Language Learning System, merupakan metode belajar bahasa asing yang menggunakan pendekatan berbasis auditori. Pembelajaran ini lebih mengedepankan proses praktek aktif dibanding proses menghapal. metode ini sebenarnya sudah dibuat seperti “paket-paket” bahasa tertentu. Ada paket belajar bahasa Spanyol, Prancis, Yunani, dsb. Paket-paket tersebut sudah terbentuk dalam suatu prosedur yang tetap dan baku, termasuk jumlah waktu untuk mendengar, membaca, dan sebagainya, hingga standar penilaian untuk menempuh level-level selanjutnya.

Namun, inti dari pembelajaran Pimsleur terletak pada 4 hal, yang dapat diaplikasikan pada setiap orang yang ingin belajar bahasa asing.

4 Prinsip Metode Pimsleur
=================
1. Antisipasi
Umumnya, kursus bahasa menggunakan metode pengulangan ucapan instruktur. Dalam Pimsleur Method, cara tersebut dinilai kurang ‘agresif’. Pimsleur mengembangkan cara “tantangan dan respons”. Pelajar diminta untuk mengekspresikan suatu frase tertentu, kedalam bahasa yang dang dipelajarinya.

Yah, kasarnya, menggunakan interaksi tanya jawab: seorang guru bertanya, pelajar berusaha menjawab sesuai dengan kemampuannya, tanpa perlu mengikuti pola menjawab yang sama seperti yang ada dibuku. Sehingga, melalui cara ini, pelajar dilatih untuk aktif, dan juga dilatih berfikir sebelum merespon (makanya disebut antisipasi).

Prinsip Antisipasi ini, menggambarkan proses percakapan hari-hari, yaitu ketika orang yang berbicara, harus menyusun frase secepat mungkin.

Dan sebaiknya memang lebih sering menggunakan frase-frase ungkapan bahasa, yang tidak dapat diterjemahkan secara parsial literally. Frase ungkapan itu sangat penting dalam berbahasa.

Contoh, A piece of cake, merupakan ungkapan untuk “mudah sekali!”, bukan berarti “sepotong kue”.
Atau dalam bahasa Indonesia, orang asing awalnya tidak paham dengan istilah “anak buah” yang jika dia menterjemahkan perkata maka menjadi “fruit’s son”.

Saya teringat, ketika Forest Whitaker diminta berperan sebagai Jenderal Idi Amin dalam film The Last King of Scotland. Ketika diwawancara mengenai “bagaimana cara anda belajar bahasa masyarakat Uganda?” dia menjawab “pelajarilah ungkapan dalam bahasa tersebut. Jika anda memahami ungkapan, anda telah memahami bahasanya”

2. Graduated-Interval Recall (GIR)
Jujur, saya bingung menterjemahkan istilah GIR ini. Karena ‘recall’ sendiri salah satu terminology dalam psikologi yang tidak ada kata penggantinya (paling tidak, hingga saat ini). Tapi yang penting kita ngerti caranya. GIR merupakan metode menghapal kosakata dengan interval yang meningkat. Contohnya, jika pelajar diajari kata “two”, maka kata tersebut harus diulangi setiap detiknya.

Kemudian, nanti penggunaannya menjadi setiap menit. Kemudian setiap jam, kemudian setiap hari. Tujuan dari cara ini adalah untuk membantu pelajar memindahkan kosakata kedalam ingatan jangka panjang (long term memory).

Dalam Metode Pimsleur yang distandarisasikan pada tahun 1967, pengaturan recall adalah: 5 detik, 25 detik, 2 menit, 10 menit, 1 jam, 5 jam, 1 hari, 5 hari, 25 hari, 4 bulan, 2 tahun.

3. Kosakata Inti
Metode Pimsleur lebih fokus kepada kosakata yang sering digunakan, atau disebut “kosakata inti”. Analisis frekuensi kata, menandakan bahwa dalam setiap bahasa, ada sejumlah kata-kata yang paling sering digunakan secara tulisan. Dalam bahasa inggris misalnya, ada 2000 kata yang menjadi inti dari sekitar 80% total tulisan. Artinya, jika kita mengerti 2000 kosakata tersebut, kita bisa memahami sekitar 80% tulisan berbahasa inggris yang tersebar di seluruh dunia.

Sehingga paket metode belajar Pimsleur yang sudah baku, menggunakan 500 kosakata di setiap levelnya. Beberapa bahasa menggunakan total 4 level, sedangkan ada paket bahasa lainnya yang hanya satu level. Setiap level terdiri atas 30 pelajaran.

Metode Pimsleur tidak pernah mengajarkan grammar (tata bahasa) secara eksplisit. Pembelajaran grammar dilakukan dengan memberikan sebuah pola kalimat yang diulang secara terus menerus, sehingga pelajar akan paham mengenai cara menyusun kalimat yang benar. Menurut Pimsleur, begitulah caranya seorang native speaker belajar berbicara ketika masih kecil.

Ini juga yang diterapkan ketika saya belajar bahasa arab. Saya tidak pernah dituntut untuk mempelajari grammar. Sebab, buktinya banyak orang yang menghapal jumlah tenses, hapal arti tenses, tapi tetap saja tidak bisa menggunakannya. Karena, itu cuma hapalan. Sedangkan bahasa adalah keterampilan, bukan sekedar memori. Cobalah anda berbicara dengan anak kecil. Dengan polosnya, seorang anak kecil berbicara dengan susunan kata yang terbolak-balik. Lalu, apakah anda bereaksi dengan memberikannya Kamus Besar Bahasa Indonesia? Atau mendudukkannya di depan papan tulis, dan anda menuliskan SPOK di papan tulis? Nope. Karena itulah proses belajar. Bagaimana pun susunan katanya, yang diutamakan dari ungkapan anak kecil tersebut adalah: anda paham apa yang dia maksud.

Begitulah juga ketika kita ingin belajar bahasa asing. Kita ibarat anak kecil di bahasa tersebut. Tidak usah pusing dengan grammar yang rumit. Yang utama adalah: si empunya bahasa, paham maksud yang anda sampaikan, walaupun mungkin anda terbolak-balik. Toh, kita ini masih proses belajar.

4. Pembelajaran Organis
Program metode ini lebih menekankan pada sisi auditory. Pimsleur menekankan bahwa belajar dengan auditori, melalui mendengar dan berbicara, sangat berbeda dengan belajar melalui membaca dan menulis. Dia mengistilahkan belajar dengan system auditori ini dengan sebutan “organic learning”, atau kita terjemahkan secara bebas dean pembelajaran organis. Melalui pembelajaran seperti ini, maka belajar grammar, kosakata, dan pronunciation (pelafalan) akan terjadi secara simultan.

Pimsleur juga mengatakan bahwa pembelajaran dengan auditori ini, akan memberikan anda aksen yang lebih sempurna. Jadi, tidak ada bahasa inggris logat sunda, atau bahasa arab berlogat jawa.

Jadi, belajar bahasa asing itu, sebenarnya bukanlah sesuatu yang sulit, jika anda tahu caranya yang tepat. Sebenarnya, belajar bahasa akan jauh lebih mudah, jika anda masuk ke dalam lingkungan bahasa tersebut. Jika ingin berbahasa inggris, coba deh anda hidup 3-4 bulan di Australia. Tentu anda bisa bahasa inggris dengan gaya Australia. Dengan catatan, anda hidup bergaul dengan masyarakat inggris di sana, jangan bergaul dengan orang-orang aborigin pedalaman.

Sebab, bahasa itu adalah belajar lingkungan, bukan keturunan. Anak yang terlahir dari orang tua Jawa, jika dibesarkan di Inggris, tentu dia akan berbahasa british. Dan dalam lingkungan berbahasa itulah, keempat prinsip Pimsleur terjadi secara otomatis. Jadi, sebenarnya metode ini, adalah menerapkan metode pembelajaran bahasa asing secara alami.

Masih takut belajar bahasa asing? Belajar bahasa asing itu penting. Disebutkan, “barang siapa yang mengetahui bahasa suatu kaum, akan terhindar dari tipudaya kaum tersebut”

Atau sudah berani karena tahu cara cepatnya? Yang jelas, berdasarkan pengalaman saya dalam belajar bahasa asing, keempat prinsip tersebut sangat penting dalam mengasah keterampilan berbahasa saya.

Dan akhirnya, sekarang saya bisa berbahasa asli, bahasa Ibu saya
and I can speak English,
وكذالك, أتكلم العربية أيضا

Further Reading:

How to Learn Foreign Language. Paul Pimsler (1980).

Related Posts