Belajar Cepat Bahasa Asing
Pernah
nonton film The Debt? Film yang mengisahkan tentang agen Israel ini,
terdapat banyak scene yang menunjukkan kemampuan berbahasa seorang agen,
yang bisa bermacam-macam bahasa: Hebrew, Jerman, Polish, dan sudah
pasti English. Walaupun itu kisah fiktif, tapi hal itu merupakan
gambaran dari kehidupan seorang agen-agen rahasia, yang harus mampu
berbahasa multi-language.
Disisi lain, terjadi di sekitar saya,
yang bahkan seorang mahasiswa pun, ketika disodorkan materi (hanya
handout beberapa lembar, bukan buku) yang berbahasa Inggris, sudah
langsung mengernyitkan lidah. Seakan-akan bahasa Inggris sulit sekali,
walaupun sehari-hari muncul di iklan-iklan televisi, bahkan di billboard
di jalan-jalan raya kita.
So, kenapa bisa seperti itu?
Terlepas dari rekrutment agen rahasia yang juga diseleksi secara
kapasitas intelegensi, tapi ternyata mereka juga menerapkan sebuah cara
khusus dalam mempelajari bahasa asing. Cara tersebut dikenal dengan
Pimsleur Method.
Metode Pimsleur, atau sering disebut dengan
Pimsleur Approach, atau juga Pimsleur Language Learning System,
merupakan metode belajar bahasa asing yang menggunakan pendekatan
berbasis auditori. Pembelajaran ini lebih mengedepankan proses praktek
aktif dibanding proses menghapal. metode ini sebenarnya sudah dibuat
seperti “paket-paket” bahasa tertentu. Ada paket belajar bahasa Spanyol,
Prancis, Yunani, dsb. Paket-paket tersebut sudah terbentuk dalam suatu
prosedur yang tetap dan baku, termasuk jumlah waktu untuk mendengar,
membaca, dan sebagainya, hingga standar penilaian untuk menempuh
level-level selanjutnya.
Namun, inti dari pembelajaran Pimsleur
terletak pada 4 hal, yang dapat diaplikasikan pada setiap orang yang
ingin belajar bahasa asing.
4 Prinsip Metode Pimsleur
=================
1. Antisipasi
Umumnya, kursus bahasa menggunakan metode pengulangan ucapan
instruktur. Dalam Pimsleur Method, cara tersebut dinilai kurang
‘agresif’. Pimsleur mengembangkan cara “tantangan dan respons”. Pelajar
diminta untuk mengekspresikan suatu frase tertentu, kedalam bahasa yang
dang dipelajarinya.
Yah, kasarnya, menggunakan interaksi tanya
jawab: seorang guru bertanya, pelajar berusaha menjawab sesuai dengan
kemampuannya, tanpa perlu mengikuti pola menjawab yang sama seperti yang
ada dibuku. Sehingga, melalui cara ini, pelajar dilatih untuk aktif,
dan juga dilatih berfikir sebelum merespon (makanya disebut antisipasi).
Prinsip Antisipasi ini, menggambarkan proses percakapan
hari-hari, yaitu ketika orang yang berbicara, harus menyusun frase
secepat mungkin.
Dan sebaiknya memang lebih sering menggunakan
frase-frase ungkapan bahasa, yang tidak dapat diterjemahkan secara
parsial literally. Frase ungkapan itu sangat penting dalam berbahasa.
Contoh, A piece of cake, merupakan ungkapan untuk “mudah sekali!”, bukan berarti “sepotong kue”.
Atau dalam bahasa Indonesia, orang asing awalnya tidak paham dengan
istilah “anak buah” yang jika dia menterjemahkan perkata maka menjadi
“fruit’s son”.
Saya teringat, ketika Forest Whitaker diminta
berperan sebagai Jenderal Idi Amin dalam film The Last King of Scotland.
Ketika diwawancara mengenai “bagaimana cara anda belajar bahasa
masyarakat Uganda?” dia menjawab “pelajarilah ungkapan dalam bahasa
tersebut. Jika anda memahami ungkapan, anda telah memahami bahasanya”
2. Graduated-Interval Recall (GIR)
Jujur, saya bingung menterjemahkan istilah GIR ini. Karena ‘recall’
sendiri salah satu terminology dalam psikologi yang tidak ada kata
penggantinya (paling tidak, hingga saat ini). Tapi yang penting kita
ngerti caranya. GIR merupakan metode menghapal kosakata dengan interval
yang meningkat. Contohnya, jika pelajar diajari kata “two”, maka kata
tersebut harus diulangi setiap detiknya.
Kemudian, nanti
penggunaannya menjadi setiap menit. Kemudian setiap jam, kemudian setiap
hari. Tujuan dari cara ini adalah untuk membantu pelajar memindahkan
kosakata kedalam ingatan jangka panjang (long term memory).
Dalam Metode Pimsleur yang distandarisasikan pada tahun 1967, pengaturan
recall adalah: 5 detik, 25 detik, 2 menit, 10 menit, 1 jam, 5 jam, 1
hari, 5 hari, 25 hari, 4 bulan, 2 tahun.
3. Kosakata Inti
Metode Pimsleur lebih fokus kepada kosakata yang sering digunakan, atau
disebut “kosakata inti”. Analisis frekuensi kata, menandakan bahwa dalam
setiap bahasa, ada sejumlah kata-kata yang paling sering digunakan
secara tulisan. Dalam bahasa inggris misalnya, ada 2000 kata yang
menjadi inti dari sekitar 80% total tulisan. Artinya, jika kita mengerti
2000 kosakata tersebut, kita bisa memahami sekitar 80% tulisan
berbahasa inggris yang tersebar di seluruh dunia.
Sehingga
paket metode belajar Pimsleur yang sudah baku, menggunakan 500 kosakata
di setiap levelnya. Beberapa bahasa menggunakan total 4 level, sedangkan
ada paket bahasa lainnya yang hanya satu level. Setiap level terdiri
atas 30 pelajaran.
Metode Pimsleur tidak pernah mengajarkan
grammar (tata bahasa) secara eksplisit. Pembelajaran grammar dilakukan
dengan memberikan sebuah pola kalimat yang diulang secara terus menerus,
sehingga pelajar akan paham mengenai cara menyusun kalimat yang benar.
Menurut Pimsleur, begitulah caranya seorang native speaker belajar
berbicara ketika masih kecil.
Ini juga yang diterapkan ketika
saya belajar bahasa arab. Saya tidak pernah dituntut untuk mempelajari
grammar. Sebab, buktinya banyak orang yang menghapal jumlah tenses,
hapal arti tenses, tapi tetap saja tidak bisa menggunakannya. Karena,
itu cuma hapalan. Sedangkan bahasa adalah keterampilan, bukan sekedar
memori. Cobalah anda berbicara dengan anak kecil. Dengan polosnya,
seorang anak kecil berbicara dengan susunan kata yang terbolak-balik.
Lalu, apakah anda bereaksi dengan memberikannya Kamus Besar Bahasa
Indonesia? Atau mendudukkannya di depan papan tulis, dan anda menuliskan
SPOK di papan tulis? Nope. Karena itulah proses belajar. Bagaimana pun
susunan katanya, yang diutamakan dari ungkapan anak kecil tersebut
adalah: anda paham apa yang dia maksud.
Begitulah juga ketika
kita ingin belajar bahasa asing. Kita ibarat anak kecil di bahasa
tersebut. Tidak usah pusing dengan grammar yang rumit. Yang utama
adalah: si empunya bahasa, paham maksud yang anda sampaikan, walaupun
mungkin anda terbolak-balik. Toh, kita ini masih proses belajar.
4. Pembelajaran Organis
Program metode ini lebih menekankan pada sisi auditory. Pimsleur
menekankan bahwa belajar dengan auditori, melalui mendengar dan
berbicara, sangat berbeda dengan belajar melalui membaca dan menulis.
Dia mengistilahkan belajar dengan system auditori ini dengan sebutan
“organic learning”, atau kita terjemahkan secara bebas dean pembelajaran
organis. Melalui pembelajaran seperti ini, maka belajar grammar,
kosakata, dan pronunciation (pelafalan) akan terjadi secara simultan.
Pimsleur juga mengatakan bahwa pembelajaran dengan auditori ini, akan
memberikan anda aksen yang lebih sempurna. Jadi, tidak ada bahasa
inggris logat sunda, atau bahasa arab berlogat jawa.
Jadi,
belajar bahasa asing itu, sebenarnya bukanlah sesuatu yang sulit, jika
anda tahu caranya yang tepat. Sebenarnya, belajar bahasa akan jauh lebih
mudah, jika anda masuk ke dalam lingkungan bahasa tersebut. Jika ingin
berbahasa inggris, coba deh anda hidup 3-4 bulan di Australia. Tentu
anda bisa bahasa inggris dengan gaya Australia. Dengan catatan, anda
hidup bergaul dengan masyarakat inggris di sana, jangan bergaul dengan
orang-orang aborigin pedalaman.
Sebab, bahasa itu adalah
belajar lingkungan, bukan keturunan. Anak yang terlahir dari orang tua
Jawa, jika dibesarkan di Inggris, tentu dia akan berbahasa british. Dan
dalam lingkungan berbahasa itulah, keempat prinsip Pimsleur terjadi
secara otomatis. Jadi, sebenarnya metode ini, adalah menerapkan metode
pembelajaran bahasa asing secara alami.
Masih takut belajar
bahasa asing? Belajar bahasa asing itu penting. Disebutkan, “barang
siapa yang mengetahui bahasa suatu kaum, akan terhindar dari tipudaya
kaum tersebut”
Atau sudah berani karena tahu cara cepatnya?
Yang jelas, berdasarkan pengalaman saya dalam belajar bahasa asing,
keempat prinsip tersebut sangat penting dalam mengasah keterampilan
berbahasa saya.
Dan akhirnya, sekarang saya bisa berbahasa asli, bahasa Ibu saya
and I can speak English,
وكذالك, أتكلم العربية أيضا
Further Reading:
How to Learn Foreign Language. Paul Pimsler (1980).