Pertengahan 2016, saya dan temen-temen lagi bantuin prodi psikologi untuk proses borang akreditasinya saat itu. Buat temen-temen yang pernah terlibat proses akreditasi, pasti tahu banyak banget dokumen yang harus disiapkan dalam rangka borang tersebut.
Dan diantara dokumen yang dibutuhkan sebagai lampiran, banyak sekali dokumen yang kita lihat punya pola, dan hanya berbeda di detail isiannya saja. Let's say seperti surat keterangan aktif kuliah, itu kan isinya sama saja, tinggal ganti detail profil mahasiswanya saja.
Jawabannya udah pasti: merging files.
Tapi ternyata kebutuhan kita lebih dari itu, karena source data harus crowd source, inputan data harus secara online.
--- disinilah cerita bermula ---
Pertengahan tahun 2016, saya dan temen-temen lagi bantuin prodi psikologi untuk proses akreditasinya. Buat temen-temen yang pernah terlibat proses borang akreditasi, pasti tahu banyak banget dokumen yang harus disiapkan untuk proses tersebut.
Untuk menyiasati itu, saya buat google script supaya dokumen sheet dan doc bisa merging secara online. Sangat useful (di zamannya) walaupun ngebuatnya lumayan rumit buat saya yang ga punya basic coding (see picture 1). Dibantuin @Wahyu Prayogo dan @Maulid Sidiq untuk check error di codenya.
Dan hanya dalam 2 tahun kemudian, di 2018, script tersebut tidak lagi saya gunakan karena ada metode baru yang lebih mudah dan lebih reliable: pakai add-on. Kalau yang ini korban trialnya adalah @Dwi Putra.
Ternyata, ga berhenti disitu. Start tahun 2020an, adaptasi lagi dengan perkembangan baru, add-on tersebut mulai tergeser dengan adanya low code development platform (LCDP). Kata McKinsey Global Survey sih memang pandemi saat itu bikin digitalisasi berkembang 2-3 tahun lebih cepat. Saya mulai pakai Power Apps-nya Microsoft.
Long story short, lihat timelinenya untuk insight dari cerita ini. 4 tahun aja.
Anggap kalau seandainya gw mahasiswa, dan ketika di semester 1 belajar google script, berarti pas lulus (kalau lulusnya 4 tahun ye…) apa yang dipelajari di semester 1 itu udah obsolete dan ga mulai gak laku.
Tapi inget ya, gw ini cuma basic user. It doesn’t mean apa yang gw sebutin itu sekarang sama sekali useless. Mungkin aja masih berguna untuk orang-orang yang yang berada di bidang spesifik lainnya. Hanya saja, buat gw yang mengutilisasi tools tersebut dalam daily basis pekerjaan as HR, shifting-nya digitalisasi ini berasa cepat banget.
Oh ya, ini udah 2023.
Dan untuk kebutuhan saya yang sama, LCDP udah mulai terganti dengan NCDP (no code development platform). Well, harus adaptasi lagi.