Coba pikir deh, ada banyak rutinits dalam pekerjaan atau bahkan kehidupan yang bisa diback up oleh automasi.
Cukup dgn event sebagai trigger, dan selanjutnya step automation ambil alih.
Contoh simple yang saya terapkan di kehidupan,
Trigger: matikan alarm pagi.
Action: nyalakan lampu, buka gorden, matikan AC.
Trigger: "hi siri, good night"
Action: night lamp is on, alarm is set, door alarm is active, AC sleep mode.
Kalau dalam pekerjaan, wah banyak sekali possibilities-nya karena kita seringkali terjebak dalam rutinitas administratif.
Example,
Trigger: di database pelamar, saya jadwalkan interview dgn hanya menginput tanggal interview.
Automation: generate link interview, serta merging data lain dari database yang sudah ada, lalu mengirimkan email undangan ke kandidat.
Atau contoh lain yang udah banyak banget pakai,
Trigger: peserta training isi post-test.
Automation: generate sertifikat of attendance nya dan kirim langsung ke email trainee.
Atau ada lagi yang lebih simple lagi,
Trigger: H-30 end of Contract karyawan
Automation: Generate kontrak yang baru, kirim email ke HR or atasan untuk review.
---
Mereka yang resistance to change bakal bilang "alah itu kan pekerjaan simple, ngetik itu paling 5 menit jadi"
Jawabannya, "justru karena simple kenapa ga diserahkan ke automasi aja? 5 menit kalau 30 processes per day, kita udah nyumbang 1/3 FTE workload"
---
Si resistance: "Tapi bikinnya kan butuh waktu?"
Me: "pay now play later, or play now pay later?"
---
Pointnya, saya cuma pengen build awareness ke orang-orang, kalau kita bisa kok bekerja dgn cara baru (yang gak baru-baru amat juga, FYI saya main beginian since 2017).
Premisnya sudah jelas: "segala sesuatu yang rutin dan berulang bisa di-automasi."
Come on, ini 2023 di luar sana udah bertaburan AI, Dan kita masih alergi dengan automasi?
Dan percaya deh, kita akan sulit berpikir yang besar, kalau kita masih terpenjara oleh hal-hal kecil.