12 Apr 2015

Psikologi Positif: Aplikasinya dalam Berkarya Kreatif



Berikut saya share tentang bagaimana memulai untuk berkarya kreatif. Kita bisa mengaplikasikannya dalam bermacam kerja seni dan kreativitas. Namun, contoh dalam tulisan ini lebih difokuskan pada karya menulis. 

***





Sebuah penelitian memaparkan bahwa emosi memainkan peranan penting dalam hal bagaimana dan sebesar apa kualitas kita dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Dan ketika emosi positif tersebut digabungkan dengan pengalaman hasil yang positif pula, maka produktivitas kita akan melejit, dan menghasilkan kepuasan yang sangat tinggi.

Pekerjaan creative, diantaranya menulis, memerlukan energy mental dan juga energy fisik. Jadi, hal tersebut hanya akan dapat dilaksanakan jika mental dan fisik saling terkoneksi satu sama lain. Sehingga, sangat penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana memprogram otak kita, agar pekerjaan dan karya kreatif dapat kita capai dengan mudah.


1. Get Realistic

Memecah tugas yang besar menjadi rincian tugas-tugas kecil, merupakan sebuah cara yang efektif untuk mengurangi kepanikan dan perasaan crowded dalam menghadapi tantangan tugas berat. Tapi, yang jarang disadari oleh kita adalah bahwa teknik tersebut juga ternyata menimbulkan emosi positif bagi kita.

Menghadapi tugas yang terlampau berat adalah awal dari munculnya sikap prokastinasi, dan kemudian berlanjut akan mengarahkan kita kepada emosi negative. Semakin kita memiliki perasaan negative terhadap suatu hal, semakin kita menghindarinya. Dan efek ini menjadi siklus yang bisa jadi terus berulang.

Dalam buku "The Entrepreneurial Instinct: How Everyone Has the Innate Ability to Start a Successful Business", disebutkan bahwa otak kita sangat senang dengan prestasi dan pencapaian walaupun dalam hal kecil. Dalam setiap kesuksesan yang kita raih, otak akan menghasilkan dopamine, yang akan menimbulkan rasa senang dan motivasi. Ketika hal tersebut terjadi, kita akan merasa lebih terinspirasi, lebih termotivasi untuk mengulangi kesuksesan yang sama.

Jadi, jika ingin memulai menulis, jangan menakuti diri dengan target tugas "harus menulis sebuah buku", "posting tulisan yang panjang", "membuat e-book". Tapi, pecahlah target tugas tersebut menjadi kesatuan yang lebih kecil, contohnya (dalam urutan):
- membuat rencana penulisan
- membuat outline tulisan
- mencari bahan tulisan
- menuliskan intro
- membuat draft
- evaluasi
- editing


2. Catat dan Dokumentasikan Prestasi dan Pencapaian Kita
Ketika kita mulai menulis, tentu saja kita memikirkan dan menekankan pada pencapaian-pencapaian yang besar: berhasil mempublish sebuah buku, berhasil mencapai subscriber dengan jumlah tertentu, atau berhasil mendapatkan sejumlah visitasi dalam weblog kita. Hal ini memang wajar, tapi tahukah anda, bahwa target pencapaian dan kemenangan besar tersebut ternyata tidak membuat kita senang, bahagia dan termotivasi?

Sebab, masalahnya, semua pencapaian besar tersebut memerlukan waktu dan effort yang besar pula. Sehingga jika kita focus pada pencapaian besar, kita tidak akan pernah merasakan pencapaian-pencapaian yang kecil yang sudah kita lewati. Akhirnya, kita tidak merasakan dorongan dopamine berupa motivasi dan pleasure.

Cobalah untuk memperhatikan semua pencapaian-pencapaian kecil yang sudah tercapai, sehingga anda terus termotivasi. Seorang professor di Harvard Business School bahkan merekomendasikan untuk selalu mencatat semua pencapaian kecil yang telah kita lalui kedalam sebuah diary atau catatan kerja, agar kita selalu merasa positif dan termotivasi.

Jadi, mulailah membuat catatan pencapaian yang sudah dilakukan. Manfaatkanlah gadget anda untuk merinci tugas-tugas yang akan anda lakukan, dan tandai tugas-tugas tersebut jika sudah selesai. Semakin banyak finished task yang kita tandai, maka otak kita semakin terprogram untuk lebih positif dan lebih produktif.

Cukup ingat satu point penting: no accomplishment is too small!


3. Selebrasikan Pencapaian Walaupun Kecil
Kita terbiasa untuk merayakan sesuatu yang sudah kita raih, atau yang sudah kita capai. Masalahnya, kita selalu menunggu pencapaian yang signifikan untuk melakukan selebrasi yang juga signifikan. Kita selalu menunggu sampai di pencapaian akhir, baru merayakannya

Seingat saya (CMIIW) John Maxwell pernah mengatakan bahwa "kesuksesan dan pencapaian bukanlah sebuah destinasi akhir, tapi merupakan sebuah proses". So, kalau mengikut teori ini, maka dijamin kita tidak akan pernah melakukan selebrasi. Kenapa? Sebab pencapaian/kesuksesan adalah sebuah proses yang tidak berujung.

So, seperti yang dituliskan dalam buku "Nyalakan Nyali", disebutkan bahwa kita harus membiasakan melakukan selebrasi dalam setiap pencapaian apapun, sekecil apapun. Aplikasikan teori operant conditioning, berikan reinforcement atau reward terhadap setiap step pencapaian anda. Reward yang anda lakukan tidak harus yang "wah". Melakukan hal yang menyenangkan setelah melakukan pencapaian kecil, akan memberikan dorongan motivasi yang kuat dalam diri kita, dan juga bisa sekalian untuk mengistirahatkan mental dan fisik kita.

Kita bisa memberi reward berupa rest sejenak menonton youtube, membaca buku yang menyenangkan, nonton NatGeo, ngemil, atau apapun; yang mampu memberikan signal pada otak anda bahwa anda sedang merayakan pencapaian kecil anda.

Ingat ini: penghargaan kecil dari sebuah pencapaian kecil, merupakan anak tangga menuju sesuatu yang besar!


4. Cari Sesuatu yang Menyenangkan 
Kalau anda mau mulai menulis, mulailah dengan menulis sesuatu hal yang menyenangkan, paling tidak menyenangkan untuk diri anda sendiri. Jangan memaksakan sesuatu hal yang tidak anda sukai. 

Dalam menulis, cobalah untuk mengeksplorasi sudut pandang yang tidak membosankan. Walaupun kelihatannya membosankan, jika anda bisa melihatnya dari sudut pandang yang menyenangkan, maka tentu anda akan termotivasi untuk melakukannya.

Jika sudah terbiasa, maka cobalah untuk selalu menciptakan sesuatu yang menyenangkan dalam setiap hal yang anda lakukan. Jadi, tidak sekedar mencari kesenangan, tetapi menciptakan kesenangan.


5. Cari Makna dibalik Hal yang Anda Lakukan
Ada sebuah buku menarik, yang berjudul "Drive: The Surprising Truth About What Motivates Us", yang ditulis oleh Daniel Pink, seorang behavior expert, walaupun lulusan sekolah hukum (kalau anda penggemar NatGeo Channel, mungkin pernah melihat program Crowd Control; Dan Pink adalah co-executive produser sekaligus hostnya). Dalam buku tersebut, dinyatakan bahwa 'sense of purpose' merupakan salah satu faktor motivasi yang sangat kuat. 

Ketika kita tidak memiliki tujuan manfaat intrinsik dari apa yang kita lakukan, maka kita pasti mengalami demoralisasi, dan kualitas pekerjaan kitalah yang menjadi korbannya. Sebab, kita tidak memiliki attachment dengan yang kita lakukan. 

Kita bisa mencari kesenangan dan kepuasan, bukan dari sekedar 'penyelesaian tugas/target' saja. Tapi, lebih dari itu, kepuasan bisa hadir melalui sebuah kesadaran bahwa kita bisa membuat perbedaan di dunia ini, dengan karya-karya kita.

Bayangkan saja seperti ini: ketika anda menyadari bahwa tulisan anda memiliki manfaat yang luas, lebih dari sekedar pengen nulis di weblog anda, tentu anda akan lebih termotivasi kan? Anda akan mampu menyingkirkan segala halangan dan hambatan yang anda hadapi dalam menulis.

Karena itulah, sangat penting untuk mengetahui dan mencari makna dibalik apapun yang sedang kita kerjakan. Walaupun awalnya kita hanya mampu sekedar menuliskan kata-kata mutiara atau wise quote. Jangan pernah melihat dari ukuran karya kita, tapi lihatlah, bahwa karya kecil tersebut bisa mengedukasi orang lain.

A thousand mile step, begin with one single step – Confusius.


6. Terhubung dengan Orang Lain
Kalau anda mau menulis, cobalah untuk terhubung dengan pembaca. Sebab, merekalah yang akan mereview dari hasil karya anda. Dengan banyak berdiskusi, anda bisa mencari ide dan insight tentang hal apa yang mampu menginspirasi orang lain, sehingga bisa menjadikan motivasi bagi anda (ingat, sense of purpose). 


7. Berkompetisi
Kompetisi yang sehat dan positif mampu meningkatkan produktivitas kita. 




8. Belajarlah dari Inspirator 
Pada saat memulai sebuah karya, tentu kita punya tokoh panutan dan inspirasi. Belajarlah dari inspirator tersebut. Kreatif dengan gaya otentik dan original memang sangat baik. Tapi, untuk memulainya, kita memerlukan inspirasi kan?




9. Aktiflah Secara Fisik
Berdasarkan penelitian pada tahun 1985 (Jurnal Sport Medicine, Australia), fisik yang bergerak aktif akan memicu pelepasan endorphin, sehingga menstimulasi energy dan juga kebahagiaan. Penelitian lainnya (dalam Jurnal Trends in Neuroscience, Vol. 25 2002) menegaskan bahwa olahraga merupakan intervensi behavioral yang sangat berpengaruh dalam peningkatan kesehatan otak.

Jadi, jika ingin berkarya dengan kualitas yang mumpuni: jangan malas, dan jangan letoy. Aktif bergerak membuat otak kita tetap sehat dan bisa terus berkarya.

*** 
So, jangan pernah takut berkarya, apapun bentuk karya tersebut.

Jangan takut untuk membuat sejarah. Takutlah kalau-kalau kita hanya cuma 'menjadi' sejarah dalam kehidupan kita sendiri.
"Either we make history, or we become history" - Soldiers of Allah, 1924 

Semoga bermanfaat



Previous Post
Next Post