Manusia dalam Toples: Distribusi Tanggung Jawab
Bayangkan,
dihadapan anda ada sebuah toples, dan ada beberapa bongkahan batu
besar, sejumlah kerikil kerikil, juga segenggam butiran pasir. Tugas
anda adalah mengisi toples tersebut hingga penuh. Sebagian orang, mulai
mengisi dengan pasir, kemudian dengan kerikil, dan terakhir dengan batu
besar. Agar terkesan toples dapat terisi penuh dengan cepat. Tapi,
ternyata jika dilihat, toples tersebut masih menyisakan beberapa ruang
celah yang kosong. Dan, kita pun sudah kehabisan bahan untuk mengisinya.
Maka kita ganti strategi cara pengisiannya. Kita mulai dengan mengisi
batu besar. Toples terlihat agak penuh, tapi, ternyata, masih ada
ruang-ruang kosong karena permukaan batu yang tidak rata. Kemudian, kita
masukkan batu-batu kerikil yang lebih kecil, sehingga ruang yang
kosong, mulai terisi. Namun, ternyata toples tersebut, belum terisi
dengan sempurna. Hingga kemudian, kita tuangkan pasir kedalam toples
tersebut. Butiran partikel pasir yang sangat kecil, mampu mengisi toples
dengan penuh, mampu memenuhi celah-celah yang disisakan oleh batu besar
dan kerikil.
Sekarang, anda sudah memenuhi toples tersebut.
Mari kita analogikan benda-benda tersebut, dengan kehidupan sosial
kita. Ada orang-orang yang memiliki tanggung jawab besar, seperti
batu-batu yang kokoh. Dan ada yang memiliki tanggung jawab sedang,
seperti halnya kerikil. Dan ada yang memiliki tanggung jawab kecil, dan
sering disepelekan, ibarat butiran pasir yang tidak berarti.
Kehidupan yang kita jalani ini, bisakah kita hanya serahkan kepada
mereka yang memiliki tanggung jawab besar? Ya, bisa. Tapi, ternyata,
mereka tidak bisa menjangkau seluruh aspek dalam hidup ini.
Bisakah kita menyerahkan kepada orang dengan karakter tanggung jawab
kerikil? Iya bisa. Tapi, perlu berapa kerikil untuk memenuhi sebuah
toples? Dan, apakah toples tersisi dengan sempurna?
Bisakah kita mengisi dengan pasir? Ya, bisa penuh dengan sempurna. Tapi, perlu berapa butiran partikel pasir??
Manusia itu, hidup saling bersinggungan, zoon politicon. Seorang yang
mampu mengemban deretan pangkat di bahu kanan dan kirinya, tetap tidak
bisa menjangkau titik yang terkadang dianggap kecil, namun tetap saja
krusial, dan menimbulkan pandangan ‘ketidaksempurnaan’ dalam tatanan
sosial.
Dan bagi yang mendapat peranan kecil, ibarat pasir,
juga jangan berkecil hati. Walaupun memiliki tanggung jawab kecil,
butiran pasir ini melengkapi sebuah kehidupan, melengkapi sebuah
tatanan.
Artinya, siapapun kita, apakah batu besar, kerikil,
maupun pasir, kita tetap memiliki andil dalam suatu sistem kehidupan.
Kita tetap memiliki peranan dalam sebuah tatanan nilai dan aturan.
Apakah itu di lingkungan pekerjaan, lingkungan pendidikan, organisasi,
partai politik, atau apapun dan dimanapun, konsep toples ini akan tetap
terjadi, dan tetap bisa kita aplikasikan.
Jangan pernah kita meremehkan ‘si butir pasir’, jangan pernah menyalahkan ‘si batu besar’, jangan pernah menekan ‘si kerikil’
Karena, ternyata kita ini semua adalah, manusia dalam toples...