25 Mar 2015

Hypnosis: Theories, Research, and Application (Review)

ini adalah postingan saya di group milis Hypnos Unmul. setelah saya edit beberapa hal kecil (memperbaiki typo, dan perbaikan lain seperlunya). 
saya share disini agar bisa diakses lebih luas.
semoga bermanfaat.

posting asli ada di sini

======

Salam All.


dalam rangka refresh dari mumet urus PIA, saya membaca buku ini yang sudah saya download dari beberapa minggu lalu. 



sejarahnya, e-book ini saya dapatkan dari korespondensi saya dalam group "psychology color brain", dengan seorang researcher dari India.

saya check di amazon, buku ini berharga 130USD, atau hampir 1,5 juta. WHAT? 
oke fine. klik aja gambar thumbnail tersebut, dan download dari drive saya. just it. 

saya belum habis membaca semua buku ini. baru sekitar 50% saja.
saya fokuskan pada pembahasan yang menurut saya menarik, dan sangat praktis karena merupakan hasil penelitian experimental.



***


my flash review about this book

1) teknik pendekatan

ini sebenarnya bukan buku yang seperti kita biasa baca. ini hanyalah kumpulan jurnal ttg hipnotis dari berbagai negara. 

buku ini menjelaskan ttg aplikasi hipnotis based on research: measured, reliable, and valid. 

hampir semuanya menggunakan pendekatan eksperimen yang sangat terukur, bahkan yang longitudinal sekalipun.


2) Chapter 3: Psikopatologi. Hipnosis untuk gangguan klinis

Chapter 3, yaitu tentang pengaplikasian waking-hipnosis (menggunakan Valencia Model of Waking Hypnosis, ada di Chapter 10) pada kasus-kasus yang bukan hanya kasus berat, tapi juga emergencies.  

Chapter 3 sangat menarik utk psikologi, karena sangat banyak gangguan klinis yang "psikologi banget". delirium, phobia, anxiety disorder, ada dalam chapter ini.


selain itu, uniknya mereka lebih menggunakan "membangun sugestibilitas" dari pada sekedar "uji sugestibilitas".
("membangun sugetibiltas" ini yang sedang saya kaji ulang. apakah hypnotic susceptibility dapat dibangun pada semua orang? saya masih harus banyak baca soal ini. nanti saya share kalau ketemu jawabannya)


3) Chapter 8: Dermatopatologi. prosedur hipnosis untuk gangguan kulit

hal menarik lainnya adalah chapter 8, yaitu penggunaan hipnosis untuk gangguan klinis pada kulit. chapter ini bukan ditulis oleh orang psikologi, tapi oleh ahli dermatologi dan bedah kulit (spesifikasi lanjut dari kedokteran kulit). 

dalam chapter ini, pendekatan hipnosis digunakan untuk efek analgetik (menghilangkan rasa nyeri) atau pun anestesi lokal (bius sebagian titik tubuh, bukan anestesi total). dengan menggunakan pendekatan hipnotic, perawatan kulit jadi lebih murah karena menghindari penggunaan kimia sintetik dalam prosesnya. perawatan kulit untuk orang yang sugestibiltas tinggi hanya 300$. sedangkan harga standarnya adalah sekitar 600an$. 

selain itu, dijelaskan dalam chapter ini: ekzem (atopic dermatitis), psoriasis, kutil, biduran/urtikaria, alopasia (kebotakan), merupakan jenis-jenis gangguan dalam dermatologi yang efektif ditangani dengan pendekatan hypnosis. artinya, penyakit tersebut diobati dengan pendekatan hipnosis! 


Suggestion without formal trance induction may be sufficient in some cases. Bloch (1927) and Sulzberger (1934) used suggestion to treat verrucae successfully.
(intinya, sejak tahun 1927 dan 1934, kutil bisa diobati dengan sugesti hypnosis!) 


4) Low Suggestibility

dijelaskan dalam beberapa chapter di buku ini secara sekunder, bahwa low suggestibility disebabkan oleh pola berpikir yang konsisten. 

tapi uniknya, sejak 15 tahun lalu sudah teruji secara klinis bahwa sugestibiltas rendah juga dipengaruhi faktor biologic. 

One biological factor that has been associated with degree of hypnotizability is the catechol-o-methyl-transferase gene. At position 148 in this enzyme, gene coding for the amino acid valine on both alleles (homozygous) is associated with a four times more rapid degradation of dopamine and lower hypnotizability compared with gene coding for methionine on both alleles (homozygous) with slower degradation of dopamine and medium hypnotizability. Heterozygous coding for valine and methionine is associated with medium to high hypnotizability (Lichtenberg, BachnerMelman R, Gritsenko et al, 2000). 

so, kalau ketemu orang yang sugestibilitas rendah, jangan salahkan mentalnya. dia memang dicetak Tuhan secara fisiologis seperti itu. :)


5) Tentang Mengukur Suggestibilitas

seperti saya jelaskan sebelumnya, bahwa sekarang mereka lebih kepada eksperimen membangun sugestibilitas. sebab, ternyata, pengukuran sugestibilitas sudah ketinggalan zaman. 

kita biasa menggunakan Davis & Husband Scale yang dibuat tahun 1931, dan menggunakan pendekatan kualitatif.

tahun 1969, telah dipublish Stanford Hypnotic Susceptibility Scale (SHSS). dan Form C (SHSS:C) dari skala tersebut, adalah sebuah prosedur tetap dan untuk mengukur sugestibilitas, dan mulai menggunakan pendekatan kuantitatif. skala inilah yang paling sering digunakan dalam penelitian, karena reliabilitas dan validitasnya sudah sangat teruji. hanya saja, saya belum mendapatkan panduan skoringnya.

sejauh yang saya tahu, pengukuran sugestibilitas yang terbaru adalah tahun 2000an. saya lupa persisnya tahun berapa.

yang saya punya adalah sebuah skala pengukur sugestibilitas hasil adaptasi dari SHSS:C, yaitu WSGC, buatan tahun 1998. keunikan dari skala ini, adalah penggunaannya yang memungkinkan untuk tes klasikal atau banyak orang (bukan individual).

persis seperti alat test pada umumnya, WSGC ini terdiri dari dua alat: alat test, dan lembar jawaban. hanya saja alat test nya hanya dipegang oleh instruktur. 

hal yang unik mengenai point 5 ini, adalah "pengukuran". artinya, para researcher sangat mengedepankan pengukuran yang valid dan well-measured. dan memang seharusnya seperti itu. diantara sikap dasar seorang peneliti adalah selain memiliki kuriositas tinggi, juga harus empiris dan skeptis: tidak cukup dan tidak puas dengan hanya "merasa-rasa". tapi harus based on data and fact. 

itulah sebabnya, penelitian kualitatif biasanya akan diteruskan oleh peneliti lainnya secara kuantitatif untuk memverifikasinya. sebab, pendekatan kualitatif kurang terukur. terlalu merasa-rasa. ini disebut dengan siklus deducto-hypotetico-verificative dalam filsafat sains (disebut juga Bottom-Up Mechanism). 

inti dari hikmah buku tersebut yang saya jabarkan dalam point 5 ini adalah: 
jangan pernah merasa "saya peneliti" kalau standar kita masih jauh di bawah standar sikap peneliti yang seharusnya. apalagi menggunakan subjective judgement. itu bukan peneliti. tapi pengamat :)


***
well, ada banyak point knowledge dan sains dalam buku ini. jika memang kita tidak bisa membaca keseluruhannya, mungkin bisa dibagi tugas kepada 11 orang, dan setiap orang membaca satu chapter saja, kemudian nanti anda berkumpul dan berdiskusi soal apa yang telah mereka baca. begitulah cara salah satu professor psikologi di UGM untuk melumat habis buku-buku asing yang dibelinya. tidak perlu justifikasi untuk tidak membaca :)


kalau tidak bisa jadi yang terbaik, setidaknya kita berusaha menjadi salah satu diantaranya.

semoga bermanfaat.


Regards,
Ahmad Furqan


Previous Post
Next Post