16 Mar 2016

Kenapa Dulu Partai Komunis Disuka Rakyat?

Sejarah mencatat, tahun 1955 adalah tahun besar bagi Indonesia. Pada tahun tersebut pemilu pertama kalinya diadakan. Tahun itu, juga tahun besar bagi PKI. Dia mendapat posisi nomor 4, dengan perolehan 16 persen lebih suara. Suara cukup signifikan, mengingat itu adalah kali pertama pemilu.
Lalu, kita-kita yang diajarkan anti-komunis sejak dini, tentu akan bertanya “kenapa rakyat memilih komunis?”. Kita tidak bisa menjawabnya dari sudut pandang pribadi. Kita harus menenggelamkan diri kita dalam situasi revolusi saat itu.
***

Sepuluh tahun pasca proklamasi ternyata bukan hari-hari yang mudah. Sebutlah agresi militer oleh Belanda, serta pemberontakan yang merajalela (yang bahkan dilakukan juga oleh PKI tahun 1948). Perang dingin juga "memanas". Amerika dan Soviet sedang getol menanamkan kukunya di peta politik Indonesia. Berimbas terhadap kondisi ekonomi Indonesia saat itu.
Penduduk Indonesia yang saat itu sedang dilanda krisis, kemudian dihadapkan dengan dua role model negara, satu berpaham liberal ala pasar bebas, dan satu paham komunis. Masyarakat yang sedang dalam kesulitan finansial, kesulitan mendapatkan kesempatan pekerjaan, tentu akan lebih tertarik dengan paham komunis. Sebab, dalam konsep negara komunis, kekayaan negara dikelola terpusat untuk kesejahteraan merata rakyatnya. Komunisme tidak mengenal kaya dan miskin, karena mengagungkan pemerataan sosial. (intermezzo: masih ingat sila kelima?)
Kemudian, jangan lupakan bahwa Indonesia ini negara agraris. Mata pencaharian utamanya adalah petani. Sedangkan komunisme sangat menjunjung tinggi kaum proletar, yaitu buruh dan tani. Lihat saja lambangnya, berupa palu dan arit. Tidak heran, dukungan terhadap komunis pun mengalir deras dari kaum petani.
Bahkan PKI pernah menuntut agar buruh dan tani dipersenjatai. Ingat, memiliki senjata pada masa-masa revolusi berbeda dengan masa sekarang. Memiliki senjata seolah memberikan angin segar bagi mereka yang memiliki semangat revolusi.

Secara politis pun, PKI yang anti-kolonialisasi dan anti-Barat, mampu merebut hati rakyat dengan isu nasionalisasi, di antaranya dengan menentang pendudukan Irian Barat oleh Belanda.
Dan ingat juga. Masyarakat Indonesia belum banyak yang mengenyam pendidikan tinggi saat itu. Apalagi dari golongan petani dan rakyat bawah. Sehingga masih belum banyak yang memahami secara komprehensif bahwa komunisme adalah pemahaman yang anti-Tuhan. Komunisme hanya dilihat sebagai movement perjuangan, bukan sebuah ideologi yang mendasar.


***
So, jika kita meleburkan diri dalam kondisi sosial saat revolusi itu, kita setidaknya bisa memahami, kenapa PKI bisa menjadi partai hebat di masa itu. Terlepas dari kenyataan bahwa komunisme bertentangan dengan keyakinan akan ketuhanan yang dianut oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Sebab Karl-Marx sudah jelas menyatakan “agama adalah immoral”. Komunis dan agama rasanya memang sulit menyatu. Bahkan Muhammad Hatta pernah berkata “Amir Sjarifuddin terlalu beragama untuk menjadi seorang komunis).
Saya meyakini, bahwa tulisan ini tentunya sangat sensitif bagi sebagian orang. Saya pribadi cenderung untuk sulit sepakat dengan isme-isme yang ada. Saya pun bukan pakar di bidang sejarah. Namun, terlepas dari kondisi-kondisi tersebut, yang saya coba lakukan adalah pendekatan historis, atau bahkan psiko-historis (meminjam istilah Erikson dalam Young Man Luther). Maka, mari kita coba mencermatinya dengan tidak normatif.
incefurqan
Previous Post
Next Post