2 Jun 2015

Konstruksi Test: Basic Knowledge


Salam.

Konstruksi Test pada dasarnya adalah sebuah ilmu untuk 'membuat test'. artinya, kita mempelajari tentang bagaimana membuat sebuah rangkaian soal test performansi yang baik, yang mampu mengukur kemampuan individu dalam hal tertentu.


Perbedaan Kontest dengan PSP

Konstruksi test ini berbeda dengan Penyusunan Skala Psikologis. sebab, kalau di PSP, kita membuat skala untuk mengetahui besaran variabel yang ingin diukur. sedangkan dalam konstruksi test, kita membuat alat test untuk mengetahui level kemampuan individu.

masih bingung? 

simplenya gini, dalam Skala Psikologi, tidak ada jawaban yang dianggap benar ataupun salah. sebab, tidak memiliki kunci jawaban. contoh:



dalam contoh aitem skala diatas, maka tidak ada satu jawaban responden yang bisa kita anggap 'jawaban benar'. responden terserah mau memilih jawaban SS, S, TS, atau STS, tergantung dari kondisi real yang dia alami.

sedangkan dalam Konstruksi Test, ada kunci jawaban untuk jawaban yang dianggap benar. lihat contoh:



dalam contoh soal pengetahuan umum diatas, maka jawaban yang benar adalah A. jika responden menjawab dengan selain A, maka jawabannya dianggap salah.



Fungsi Konstruksi Test



pernah menghadapi soal seperti diatas? soal seperti itu adalah soal yang berkualitas buruk. sebab, sudah tentu dengan common sense saja kita bisa menjawab jawaban yang benar.

fungsi konstruksi test adalah menganalisa soal-soal test yang ada, dan kemudian bedasarkan analisa tersebut kita bisa menentukan apakah soal test itu bagus atau tidak bagus.


test yang bagus adalah test yang benar-benar mampu menggambarkan kondisi performansi (terutama kognitif) seseorang. 


simpelnya, test yang bagus itu adalah test yang mampu mengevaluasi hasil belajar siswa: kalau dia belajar, maka dia bisa mengerjakan test tersebut. kalau dia tidak belajar, dia tidak bisa ngerjakan.


kalau contoh soal agama islam tadi, itu biarpun dia tidak sekolah, dia bisa jawab. 



Komponen Analisa Konstruksi Test

1. Validitas
soal harus valid mengukur apa yang hendak diukur. contohnya, jika soal testnya ingin mengukur pengetahuan Agama Islam, maka pertanyaannya jangan malah "berapa kecepatan cahaya....?"

2. Reliabilitas

soal test harus andal. artinya, jika saya pagi hari diuji dengan soal bahasa Inggris dan mendapatkan nilai 60, maka untuk sore harinya jika ditest dengan soal yang sama, hasilnya tidak jauh dari angka tersebut.
salah satu indikator reliable adalah tidak ada perubahan hasil yang signifikan jika diadakan repetisi dalam jangka waktu relatif singkat.

3. Tingkat Kesukaran

soal yang baik adalah soal yang tingkat kesukarannya sedang. soal sebaiknya jangan terlalu susah (ga ada yang bisa jawab) atau bahkan terlalu mudah (semua bisa jawab dengan benar, bahkan sambil merem pun)

4. Daya Pembeda (Daya Diskriminasi)

setiap aitem soal seharusnya memiliki daya diskriminasi yang baik. contohnya, soal bahasa Inggris yang memiliki daya diskriminasi yang baik benar-benar bisa membedakan mereka yang benar-benar bisa bahasa Inggris dengan meraka yang tidak bisa berbahasa Inggris. 

5. Sebaran Kunci Jawaban

Sebaran kunci jawaban yang baik adalah yang random. artinya, jika kunci jawaban dari 40 soal adalah A semua, maka test tersebut memiliki sebaran kunci jawaban yang relatif buruk.

6. Efektifitas Pengecoh Soal

setiap option pilihan jawaban seharusnya bisa menjadi pengecoh yang baik, yang membuat responden kembali berpikir akan jawabannya. coba lihat contoh soal agama islam diatas tadi. option A dan B bukan menjadi pengecoh, tapi malah menggiring orang untuk menjawab C secara otomatis.

*

setelah dianalisa dari keenam komponen tersebut, maka keputusan hasil analisanya akan menjadi tiga hal:

1. Soal test dapat diterima (tidak perlu ada perbaikan)

2. Soal test harus direvisi sebelum digunakan
3. Soal test tidak boleh digunakan (diganti) karena secara empiris terbukti tidak berfungsi



Kaidah-kaidah

1. Daya Beda




2. Tingkat Kesukaran





3. Efektifitas Pengecoh





4. Keputusan





Diskusi Konstest


jadi, sekarang kita tahu bahwa fungsi konstruksi test adalah menganalisa kualitas suatu test. 
pertanyaannya, apakah mahasiswa psikologi yang membuat soal test? ini yang saya dengar sempat menjadi perbincangan di kampus kita. sebab, teman-teman di FKIP menilai untuk pembuatan test adalah ranah mereka.

saya pikir, saya setuju juga. sebab, yang mampu mengevaluasi kemampuan kognitif individu di suatu bidang, adalah mereka yang juga berada dalam bidang tersebut. yang mampu membuat soal bahasa Inggris, seharusnya kan memang mereka yang berada di jurusan bahasa Inggris, bukan anak psikologi kan?

psikologi hanya cukup perlu menganalisa, apakah test tersebut berkualitas atau tidak.

ada lagi muncul pertanyaan, "kalau test kognitif seperti intelegensia itu bagaimana?" hem... saya tidak memiliki kapasitas untuk menjawab ini. tapi, sejauh yang saya pahami, test IQ itu kan terdiri dari beberapa aspek ya? diantaranya bahasa, kemampuan mengingat, berhitung, dsb. 

jadi, tetap intinya "serahkan pada yang ahlinya...."

regards,
---
Ince Ahd Furqan
Previous Post
Next Post