“Nak, tolong bersih-bersih rumah ya...”
“Iya Bu, tapi dibayar berapa? Sekarang cuci piring di franchise
fast food aja dibayar loh.. kalo ga
dibayar, mending saya bersih-bersih di mall aja, daripada dirumah”
----
percakapan ini, mungkin tidak pernah kita dengar langsung. Tapi yakinilah, ini pernah ada terjadi diantara kita. Seorang anak yang meminta penghargaan secara materi, atas permohonan orang tuanya.
percakapan ini, mungkin tidak pernah kita dengar langsung. Tapi yakinilah, ini pernah ada terjadi diantara kita. Seorang anak yang meminta penghargaan secara materi, atas permohonan orang tuanya.
Mungkin, kita hanya perlu merenung. Sebagai anak, kita cukup
mencoba flashback saja tentang segala prosesi kejadian lahirnya kita, hingga
kita dewasa sekarang ini.
Seorang ibu, yang telah mengandung kita selama 9 bulan,
menjaga kondisi kita dengan hati-hati, diberi asupan gizi yang cukup: gratis!
Kemudian kita lahir, seorang ibu mengurusi kita dari makan
minum, hingga buang air yang mungkin bagi kita menjijikkan, tapi Ibu
melakukannya dengan senyuman, dan: gratis!
Tumbuhlah kita menjadi anak yang masuk usia sekolah. Ibu pun
mencarikan kita sekolah yang terbaik, dengan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya
dari orang lain: gratis!
Ketika sekolah pun, orang tua memberikan kita bekal fisikal,
memandu kita dalam memahami pelajaran, membimbing kita mengerjakan tugas-tugas
sekolah. Mereka melakukan itu bukan untuk masa depan mereka, melainkan untuk
masa depan kita. Mereka melakukannya tidak Cuma gratis, bahkan kita diberi uang
jajan!
----
Unik. Sehancur inikah peradaban kita? Hingga segala
sesuatunya dihargai dengan materi semata.?
Mungkin selama ini kita tidak menyadari. Tidak hanya kepada orang tua kita, tapi juga
pada orang-orang lain yang telah memberikan kita cinta keikhlasan. Karena sudah
bobroknya kemanusiaan, kita buta, hingga kebendaan mengalihkan pandangan kita.
Kita tidak sadari, bahwa selama ini kita selalu menghitung-hitung amal perbuatan baik kita, padahal disebalik semua itu, ada saja manusia setengah malaikat yang membagi kebahagiaannya ditengah-tengah kesuraman kita. Tapi apa yang kita balasi terhadap mereka?
Kenapa kiita melupakan melupakan cinta keikhlasan? Walaupun ia bukan dalam hal kebendaan, tapi kita semua yakin, harganya melebihi kebendaan yang ada, karena dia priceless...
Hargailah cinta keikhlasan. Tapi bukan dengan kebendaan, karena dia priceless.