26 Nov 2013

Relationship dan Syaratnya

Tepat sepekan lalu, saya juga bertemu dengan professor bidang psikologi sosial, dan banyak share dengan sosok humble tersebut. Dari perbincangan dengan beliau inilah, saya banyak terinspirasi untuk menuliskan ini.

Selain itu, ditambah lagi beberapa hari terakhir ini, banyak kabar yang sampai di telinga saya, dan bahkan yang saya alami sendiri, mengenai social relationship. Mulai dari bentuk pertemanan, keluarga, atau bahkan yang paling sering adalah fenomena kultur kita sekarang, 'pacaran'.

So, kita pasti memiliki social relationship. Tapi, kita sering salah paham dan bahkan salah sikap dalam menghadapinya. Jika anda punya sahabat, atau orang dekat yang anda cintai, lihatlah syarat relationship ini. Kemudian, berpikirlah sejenak, lalu putuskan apa yang harus anda lakukan.

---

1. Mendekatkan Kepada Tuhan

Ini syarat mutlak dalam relationship. Ingat, anda hamba Tuhan, dan kepadaNya kita kembali. Semua ini adalah milikNya. Nafas anda, hidup anda, serta jiwa orang yang anda cintai, semua ada di tanganNya.

Artinya, segala aspek apapun dalam kehidupan kita, harusnya memang kita kembalikan kedalam koridorNya. Semua aspek tersebut harus mengikut aturanNya. Manusia, harus mengikut aturan Tuhannya, agar bisa menjalani hidup dengan baik. Maka itulah disebut agama, yang dalam bahasa sansekerta berarti 'tidak kacau'.

Jadi, evaluasi lagi relationship anda. Jika relationship tersebut tidak mendekatkan diri kepada Tuhan, dan bahkan menjauhkan anda dariNya, lepaskanlah. Memang terlihat kejam. Tapi, untuk apa anda berbahagia sesaat di dunia, tapi justru 'bermusuhan' dengan Tuhan, padahal nanti anda akan dijemputNya, dan berada disana selama-lamanya?


2. Mendewasakan dan Memandirikan

Ada orang putus pacaran, yang kemudian bilang, "aku tidak bisa hidup tanpamu.." Tapi ternyata, bertahun-tahun kemudian, dia masih hidup sehat. Ternyata masih bisa hidup ya?

Ya, itulah salah satu kelemahan dari pola relationship yang ada sekarang. Seharusnya relationship yang ada membuat masing-masing diri jadi lebih dewasa. Dan juga lebih mandiri. Sehingga pada saat relationship tersebut harus retak karena takdir Tuhan, kedua individu tersebut dapat melanjutkan hidupnya dengan lebih baik. Tidak ada ketergantungan, tidak ada sikap regresi kekanak-kanakan.

Jika anda mulai merasa relationship anda hanya membuat anda semakin tergantung pada orang lain, leave it. Itu tanda tidak sehat.


3. No Defense

Relationship yang sehat, adalah yang anda bisa tampil di hadapannya tanpa ada defense apapun. Bukan berarti anda melepas semua areal alam bawah sadar anda. Tapi, secara proporsional, anda bisa tampil lebih jujur dan lebih apa adanya terhadap orang yang berada dalam lingkaran relationship anda.

Dalam Islam, saya mengutip sebuah contoh yang sangat bagus tentang point ketiga ini, yaitu sebuah riwayat, yang menjelaskan tentang seorang sahabat Rasulullah yang berkata, "ya Rasul, izinkan saya berzina...".

Hebat sekali ya sosok sahabat itu, yang mampu mengungkapkan jujur tentang keinginannya, walaupun dia tahu hal itu dilarang keras dalam agama. Terlebih, dia berkata seperti itu dihadapan manusia yang mulia! Tapi, sosok Rasul juga berpengaruh besar terhadap 'kepolosan' sahabat tersebut. Sebab, sahabat tersebut bisa mampu no defense, juga karena dia percaya sepenuhnya terhadap pribadi Rasul. Dia nyaman jika memang harus jujur kepada Rasul, bahkan dalam hal yang sensitif sekalipun.

Jadi, 'no defense' ini memang bisa terjadi jika ada kooperasi dari kedua belah pihak. Yang satu mau jujur, dan yang satu memang sosok yang pantas utk 'dijujurin'. Jika sudah terbentuk seperti itu, maka relationship anda sehat, seperti relationshipnya seorang Rasul dan para sahabat.

Kalau anda merasa masih bertopeng dihadapan relasi terdekat anda, itu tandanya, relationship itu masih semu. Ingat, "kebenaran yang pahit, lebih baik dibanding kebohongan yang manis"


Semoga kita semua dianugerahi relationship yang ideal, amin....


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Previous Post
Next Post